Senin, 31 Juli 2017

Abses Peritonsil: Definisi Penyebab Gejala Diagnosis dan Pengobatan

Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun , namun paling sering terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada belum dewasa jarang terjadi kecuali pada mereka yang menurun sistem imunnya , tapi infeksi mampu mengakibatkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak-anak.

Infeksi ini memiliki proporsiyang sama antara laki-laki dan perempuan. Bukti menyampaikan bahwa tonsilitis kronik atau percobaan multipel penggunaan antibiotik oral untuk tonsilitis akut merupakan predisposisi pada orang untuk berkembangnya benjol peritonsil.

Di Amerika insiden benjol peritonsil kadang kala berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun , dipertimbangkan hampir 45.000 kasus setiap tahun.

Kupas Tuntas Abses Peritonsil dengan Pengobatan Medisnya

Abses Peritonsil: Definisi , Penyebab , Gejala , Diagnosis dan Pengobatan

Definisi Abses Peritonsil

Abses peritonsil ialah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada adegan kepala dan leher. Gabungan dari basil aerobic dan anaerobicdi kawasan peritonsilar. Tempat yang mampu berpotensi terjadinya benjol ialah didaerah pillar tonsil anteroposterior , fossa piriform inferior , dan palatum superior.

Abses ialah suatu penimbunan nanah , biasanya terjadi akhir suatu infeksi bakteri. Abses peritonsil (PTA) merupakan kumpulan/timbunan(accumulation) pus (nanah) yang terlokalisir/terbatas (localized) pada jaringan peritonsillar yang terbentuk sebagai hasil dari suppurative tonsillitis.

Abses peritonsil merupakan infeksi akut atau benjol yang berlokasidi spatium peritonsiler , yaitu kawasan yang terdapat di antara tonsil denganm. kontriktor superior , biasanya unilateral dan didahului oleh infeksi tonsilo pharingitis akut 5-7 hari sebelumnya.

Penyebab Abses Peritonsil

Abses peritonsiler paling sering disebabkan oleh basil streptokokus , tetapi terkadang mampu juga disebabkan oleh basil lainnya. Abses peritonsil biasanya terjadi sebagai komplikasi dari tonslitis. Namun remaja ini , benjol peritonsiler jarang terjadi karena adanya penggunaan antibiotik untuk mengobati tonsillitis.

Ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terbentuknya benjol peritonsel :
  • Infeksi gigi dan gusi
  • Tonsillitis kronis
  • Infeksi mononucleosis
  • Merokok
  • Leukemia limfositik kronik
  • Endapan kalsium atau kerikil pada tonsil
Abses peritonsil terbentuk oleh karena penyebaran organisme basil penginfeksi tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang longgar disekitar faring mengakibatkan pembentukan benjol , dimana infeksi telah menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.

Penyebaran infeksi penyebab benjol peritonsil berasal dari lubang tonsil superior , dengan formasi pus diantara dasar tonsil dan kapsul tonsilar. Infeksi ini biasanya terjadi secara unilateral dan keluhan tersebut cukup akut , dengan otalgia pada indera pendengaran ipsilateral selama beberapa hari setelah serangan tonsilitis.

Gejala Abses Peritonsil

  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening leher
  • Air liur menetes
  • Sakit kepala
  • Demam
  • Suara serak (kadang-kadang)
  • Sakit menelan
Gejala klasik benjol peritonsil dimulai 3-5 hari waktu dari onset gejala hingga terjadinya benjol sekitar 2-8 hari. Penderita biasanya mengalami keluhan odinofagia (nyeri menelan) yang jago sehingga sulit dilakukan pemeriksaan karena sulit membuka verbal dan juga mampu terjadi dehidrasi , muntah (regurgitasi).

Selain itu , pasien benjol peritonsil akan mengalami verbal berbau (foeter ex ore) , “hot potato voice” banyak ludah (hipersalivasi) , bunyi sengau (rinolalia) dan sukar membuka verbal (trismus) , sakit kepala , rasa lemah , demam , serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan. Pasien juga mungkin mengalami nyeri pada ketika menggerakkan lehernya.

Diagnosis Abses Peritonsil

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik penderita benjol peritonsil. Pada pemeriksaan leher dan tenggorokan , tonsil , langit-langit dan kulit dada tampak merah dan membengkak. Pembiakan cairan yang berasal dari benjol mampu menyampaikan adanya bakteri.

Pada pemeriksaan penunjang penyakit benjol peritonsil dapat dilakukan :
  1. Pemeriksaan laboratorium menyerupai darah lengkap , elektrolit , dan kultur darah. Yang merupakan “gold standar” untuk mendiagnosa benjol peritonsilar ialah dengan mengumpulkan pus dari benjol menggunakan aspirasi jarum.
  2. Pemeriksaan radiologi pada posisi anteroposterior hanya menyampaikan “distorsi” dari jeringan tapi tidak memiliki kegunaan untuk menentuan pasti lokasi abses.
  3. Pada pemeriksaan CT scan pada tonsil dapat terlihat kawasan yang hipodens yang menerangkan adanya cairan pada tonsil yang terkena disamping itu juga dapat dilihat pembesaran yang asimetris pada tonsil. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk rencana operasi.
  4. Ultrasonografi , merupakan teknik yang simple dan noninvasif dan dapat membantu dalam membedakan antara selulitis dan awal dari abses. Pemeriksaan ini juga mampu menentukan pilihan yang lebih terarah sebelum melaksanakan operasi dan drainase secara pasti.

Pengobatan Abses Peritonsil

Diberikan antibiotik. Untuk mengatasi nyeri mampu diberikan analgetik (obat pereda nyeri). Nanah biasanya dibuang dengan cara menyedotnya dengan jarum suntik atau dengan membuat sayatan pada benjol peritonsil khususnya.

Penanganan benjol peritonsil meliputi hidrasi , menghilangkan nyeri , dan antibiotik yang efektif mengatasi Staphylococcus aureus dan basil anaerob. Aspirasi needle merupakan penanganan yang efektif pada 75 % benjol peritonsiler pada belum dewasa dan dianjurkan sebagai terapi utama kecuali terdapat riwayat tonsilitis rekuren atau benjol peritonsiler sebelumnya maka indikasinya ialah tonsilektomi dengan segera.

Pada stadium infiltrasi , penderita benjol peritonsil diberikan antibiotika dosis tinggi , dan obat simtomatik. Juga perlu kumur-kumur dengan cairan hangat dan compres hambar pada leher. Pemilihan antibiotik yang tepat tergantung dari hasil kultur mikro organisme pada aspirasi jarum.

Penisilin merupakan “drug of chioce” pada benjol peritonsilar dan efektif pada 98% kasus bila yang dikombinasilakan dengan metronidazole sangat indah untuk pasien benjol peritonsil. Dosis untuk penisilin pada remaja ialah 600mg IV tiap 6 jam selama 12-24 jam , dan anak 12.500-25.000 U/Kg tiap 6 jam.

Metronidazole dosis awal untuk pasien benjol peritonsil remaja 15mg/kg dan dosis penjagaan 6 jam setelah dosis awal dengan infus 7 ,5mg/kg selama 1 jam diberikan selama 6-8 jam dan tidak boleh lebih dari 4 gr/hari.

Jika terbentuk benjol , memerlukan pembedahan drainase , baik dengan teknik aspirasi jarum atau dengan teknik insisi dan drainase. Kesulitan dapat timbul dalam memastikan apakah berafiliasi dengan selulitis akut atau pembentukan benjol peritonsil yang bersama-sama telah terjadi.jika ragu-ragu , jarum ukuran 17 dapat dimasukkan (setelah aplikasi dengan anestesi semprot) ke dalam tiga lokasi yang tampaknya paling mungkin untuk menghasilkan aspirasi pus.

Jika pus benjol peritonsil ditemukan secara kebetulan , metode ini mungkin cukup untuk drainase dengan diikuti antibiotik. Jika jumlah pus banyak ditemukan dan tidak cukup drainase dengan metode ini , insisi yang lebih jauh dan drainase dapat dilakukan.

Teknik insisi dan drainase membutuhkan anestesi lokal dalam mengobati benjol peritonsil. Pertama faring disemprot dengan anestesi topikal. Kemudian 2 cc Xilocain dengan adrenalin 1/100 ,000 disuntikkan. Pisau tonsila no 12 atau no 11 dengan plester untuk mencegah penetrasi yang dalam yang digunakan untuk membuat insisi melalui mukosa dan submukosa dakat kutub atas fosa tonsilaris.

Tempat insisi ialah didaerah paling menonjol dan lunak atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit Hemostat tumpul dimasukkan melalui insisi ini dan dengan lembut direntangkan penderita benjol peritonsil.

Pengisapan tonsila bagi penderita benjol peritonsil sebaiknya segera disediakan untuk mengumpulkan pus yang dikeluarkan. Pada anak yang lebih renta atau remaja muda dengan trismus yang berat , pembedahan drainase untuk benjol peritonsiler mungkin dilakukan setelah aplikasi cairan kokain 4% pada kawasan insisi dan kawasan dan kawasan ganglion sfenopalatina pada fosa nasalis.

Hal ini kadang kala mengurangi nyeri dan trismus. Anak-anak pasien benjol peritonsil yang lebih muda membutuhkan anestesi umum. Menganjurkan tonsilektomi segera (tonsilektomi quinsy) merasa bahwa ini merupakan prosedur yang aman yang membantu drainase tepat dari benjol bila tonsila diangkat.

Bila tonsilektomi dilakukan bersama-sama pada pasien benjol peritonsil dengan tindakan drainase benjol maka disebut tonsilektomi “a chaud” , bila tonsilektomi dilakukan 3-4 hari sesudah darinase benjol disebut tonsilektomi “ a tiede” dan bila tonsilektomi dilakukan 4-6 ahad sesudah drainase benjol disebut tonsilektomi “ a froid”.

Pada pasien benjol peritonsil , umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi damai , yaitu 2-3 ahad sesudah drainase abses. Jika terdapat trismus , maka untuk mengatasi rasa nyeri , diberikan analgesia (lokal) , dengan menyuntikkan xylocain atau novocain 1 % di ganglion sfenopalatinum.

Biasanya , pada penderita benjol peritonsil , ganglion ini terletak di adegan belakang atas lateral dari konka media. Ganglion sfenopalatinum mempunyai cabang n. palatina anterior , media dan posterior yang mengirimkan cabang aferennya ke tonsil dan palatum molle di atas tonsil.

Daerah yang paling tepat untuk insisi mendapat inervasi dari cabang palatine m. trigeminus yang melewati ganglion sfenopalatinum. Kemudian pasien benjol peritonsil dianjurkan untuk operasi tonsilektomi.

Tonsilektomi merupakan indikasi diktatorial pada orang yang menderita benjol peritonsilaris berulang atau benjol yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. Abses peritonsil mempunyai kecenderungan besar untuk kambuh.

Sampai ketika ini belum ada akad kapan tonsilektomi dilakukan pada benjol peritonsil. Sebagian tumpuan menganjurkan tonsilektomi 6–8 ahad kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis , sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar